Rahim Pengganti

Bab 59 "Carissa Sadar"



Bab 59 "Carissa Sadar"

0Bab 59     

Carissa sadar     

"Jangan pernah, melakukan apa pun. Jika kamu tidak mau berurusan dengan aku, mulai detik ini aku talak kamu."     

Duarrrr!!!     

Seketika dunia Della hancur, wanita itu terdiam sembari menatap Bian dengan nanar. Dirinya tidak percaya dengan apa yang sudah diucapakan oleh Bian. Suaminya itu dengan tega mengatakan hal tersebut, Della segera menghampiri Bian mencoba meraih tangannya namun, Bian langsung menepis tangan tersebut.     

"Surat cerai kita akan aku kirim segera." Setelah mengatakan hal itu, Bian segera pergi dirinya harus menenangkan diri. Saat di dalam mobil, berulang kali Bian menarik dan membuang napasnya. Sesak itulah yang saat ini dirasakan oleh pria itu, apa lagi ketika melihat air mata Della yang mengalir membuatnya sulit untuk tidak memeluk wanita yang sempat ada di dalam hatinya itu.     

***     

Di sinilah Bian duduk di taman yang sering mereka kunjungi. Bagi Bian mengambil sebuah keputusan ini, sangat berat wanita yang dia pilih menjadi istri menikah dan mencintainya sepenuh hati ternyata melakukan hal yang tidak beres dibelakangnya. Suami mana yang tidak marah atau sedih, kecewa sudah pasti.     

Semua yang dilakukan oleh Della, sudah tidak bisa di maafkan lagi. Mencoba membuat Carissa celaka untuk kedua kalinya serta bukan hanya Caca tapi juga anaknya. Anak yang sudah sangat lama diinginkan oleh Bian, bahkan sebuah fakta bahwa Della yang mengandung saat itu ternyata bukan anaknya.     

Hal itu semakin membuat Bian miris, sudah sangat jauh ternyata hubungan istri dan sepupunya itu. Kemana saja dirinya selama ini hingga menutup mata, pantas saja perlakuaan adik dan Mamanya berbeda.     

"Arggghh!!" pekik Bian. Pria itu menjambak rambutnya, kebodohannya selama ini membuat dia marah dan kecewa akan dirinya sendiri.     

"Kenapa semua ini terjadi, kenapa Tuhan," ucap Bian dengan air mata mengalir. Pria itu meneteskan air matanya, sangat lemah ya saat ini Bian lemah dengan keadaan yang terjadi. Keadaan yang membuat dirinya menyesal.     

"Semua akan indah kalau loe ikhlas melakukannya," ujar Elang.     

Pria itu langsung menyusul Bian saat melihat sahabatnya itu pergi. Elang tahu bagaimana keadaan Bian saat ini, pria itu pasti akan terpukul dengan semua yang terjadi.     

Bian menatap datar ke arah Elang, pria itu tidak suka terlihat lemah di depan orang lain. Bian mencoba beranjak dari tempat itu namun, Elang langsung mencegahnya.     

"Kalau loe mau sendiri silakan, gue akan pergi. Tenang gue di sini, cuma mau lihat keadaan loe aja. Gue takut loe melakukan sesuatu yang tidak benar, jadi dari pada anak loe jadi yatim mending gue susul loe ke sini," jelas Elang.     

"Loe nyumpahin gue mati hah?" tanya Bian dengan nada bicara sinis. Elang tersenyum, pria itu lalu duduk di samping Bian dan tertawa. "Gue gak bilang gitu loh. Gue cuma antisipasi, orang yang patah hati biasa nya akan bersikap aneh. Dan gue gak mau loe begitu, jangan sensitif kayak testpack deh loe," ujar Elang.     

Bian tidak menanggapi apapun yang diucapkan oleh Elang, pria itu lebih banyak diam dan menatap ke arah depan tidak bersemangat menjawab ucapan yang terlontar dari mulut Elang.     

Keduanya saling berdiam diri, hingga suara dering ponsel Bian berdering sangat nyaring tertera nama Siska di sana, pria itu yakin saat ini adiknya itu sangat khawatir dengan keadaannya. Namun, Bian tidak mau mengangkatnya Bian hanya ingin sendiri.     

***     

Di lain tempat, Della pergi menghentikan sebuah taksi. Wanita itu tidak terima dengan apa yang terjadi. Diriny marah dengan Bian yang dengan tega mempermalukannya. Hal itu membuat Della, semakin membenci Carissa.     

"Lihat saja perempuan murahan itu akan membalas semua yang terjadi. Gue gak akan pernah tinggal diam, Carissa dan seluruhnya akan menderita," teriak Della. Supir taksi tersebut sempat takut dengan teriakan yang dilakukan oleh Della. Pria itu mencoba untuk tenang, takut jika Della berbuat macam macam kepadanya.     

Lima belas menit Della sampai di apartemen nya, wanita itu langsung masuk ke dalam apartemen itu. Gelap itulah yang dilihat oleh, Della saat ini wanita itu tidak tahu jika Aiden sejak tadi ada di restoran tersebut mendengarkan semua ucapan Della.     

Aiden sebagai seorang pria, sangat kecewa dengan kenyataan yang dirinya dengar. Bahkan Aiden tidak menyangka bahwa ada pria lain yang sempat tidur dengan Della. Pria itu merasa sakit yang begitu dalam, dengan apa yang terjadi saat ini.     

"Kemana Aiden? Bukannya dia tadi bilang, tidak mau kemana kemana," ucap Della. Wanita itu akan bersikap biasa biasa saja. Della akan meminta bantuan Aiden untuk melancarkan semua aksinya. Della yakin, pria yang sudah jatuh hati kepadanya itu akan selalu ada untuknya, Della tidak pernah berpikir bahwa Aiden sudah mengetahui semua hal busuk dirinya.     

"Aiden. Dia akan aku jadi kan orang yang akan selalu mendukung aku. Dia juga yang akan membalaskan dendam aku," gumamnya.     

"Siapa yang kamu maksdu?" tanya orang tersebut dengan nada datar. Della langsung menoleh ke arah belakang, di sana ada Aiden dengan tatapan datarnya. Pria itu menatap Della dengan tatapan yang sulit diartikan melihat hal itu membuat tubuh Della menengang.     

"Kamu udah pulang," ucap Della lembut. Mendapatkan perlakuan Della seperti saat ini, semakin membuat Aiden kesal dengannya. Wanita nya itu hanya akan bersikap baik jika dirinya membutuhkan, dan Aiden tidak suka dengan hal itu.     

Aiden berjalan dengan santainya menuju dapur, lalu membukakan pintu kulkas rasanya sangat haus dan Aiden butuh banyak air dingin untuk bisa membasahi tenggorokan nya yng begitu kering.     

Della mendekat, wanita itu segera memeluk Aiden dari luar. Mendapatkan serangan mendadak, membuat Aiden terdiam pria itu sedikit demi sedikit melepaskan pelukan mereka.     

"Lepas!!" ucap dingin Aiden.     

"Kenapa?" tanya Della. Namun, Aiden tidak menjawab pria itu langsung masuk ke dalam kamarnya. Della yang diperlakukan seperti itu, memasang wajah tidak sukanya.     

***     

Dua orang pria itu masih duduk di sana, handphone milik Bian berdering terus menerus. Hal itu membuat Elang kesal dengan sahabatnya itu.     

"Mending loe angkat deh. Dari tadi getar mulu," ucap kesal Elang.     

"Gak penting juga. Ini pasti Siska mau nanyai kejadian tadi. Sedangkan gue, lagi gak mau membahas hal itu."     

"Terserah loe de ...,"     

Ucapan Elang terpotong ketika pria itu merasakan getaran dari ponselnya tertera nama Siska di sana. Elang jadi bingung dengan hal tersebut, pria itu langsung mengangkat telpon tersebut.     

"Hall ...,"     

"Kak Elang kemana aja sih, dari tadi aku telpon lama banget di angkat," potong Siska dengan nada tinggi. Elang menjauhkan telponnya dari telinga karena suara Siska yang begitu besar membuat telinganya sampai sakit.     

"Kenapa?" tanya Elang.     

"Kakak sama Mas Bian, kan? Sekarang kalian berdua ke rumah sakit. Mbak Caca sadar," ujar Siska. Mendengar hal itu membuat Elang menatap ke arah Bian, pria itu masih saja diam lalu mematikan telponnya. Elang lalu membawa Bian menyeret pria itu. "Loe ngapain sih?" tanya Bian kesal dengan apa yang sudah dilakukan oleh temannya itu.     

"Kita harus ke rumah sakit. Caca sadar," ucap Elang. Bian terdiam di tempatnya mencernah setiap ucapan yang dilontarkan oleh Elang.     

"Buruan loe lama banget sih jalannya," gerutu Elang.     

###     

Selamat membaca yaaa. Semoga sukaa, sehat selalu buat kalian semua, dan love you guys. Mucccaaahhhh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.